MERAIH KESUKSESAN PJJ
Meningkatnya paparan Omicron di kalangan pelajar menyebabkan pembelajaran kembali PJJ, karena sejak dibukanya PTM 3 Januari 2022, lebih dari 1.200 siswa dari 60 sekolah tingkat SMA/SMK dan SLB yang terpapar Covid-19, ungkap Disdikpora DIY, Didik Wardaya (25/02/2022).
Penyebaran bukan berasal dari sekolah tetapi dari lingkungan keluarga, dan teman bermainnya, di sekolah prokes sangat ketat. Edukasi tentang kesadaran prokes harus terus menerus digalakkan baik di lingkungan keluarga, dan masyarakat. Lengah sedikit jadi masalah, tidak boleh menganggap remeh paparan Covid-19.
Dalam rangka pencegahan penularan maka pembelajaran kembali jarak jauh atau PJJ, sambil menunggu meredanya angka penularan Covid-19 dan vaksin booster utamanya di kalangan pelajar.
Pengalaman PJJ sejak akhir Maret 2020 sampai 31 Desember 2021, menyisakan berbagai kendala dalam dunia pendidikan, yakni kebutuhan wifi, kuota internet, lemahnya jaringan, komunikasi pada siswa, guru dan orang tua, keterlambatan kehadiran siswa dan tugas-tugasnya, siswa sulit memahami materi pembelajaran karena tidak seperti pada saat tatap muka di sekolah, rasa bosan para pelajar karena PJJ menyisakan siswa mager dan makir yakni malas gerak dan malas berfikir.
Kerja keras bagi keluarga untuk mengedukasi para putra putrinya atau pelajar super ekstra, peran orang tua atau wali sangat penting dalam membentuk karakter dan pemahaman materi pembelajaran, utamanya komunikasi orang tua dengan sekolah melalui guru dan wali kelasnya dengan WA grup maupun WA pribadi.
Sekolah yang mulanya sebagai ujung tombak pendidikan saat kondisi normal, dalam situasi PJJ kini berbeda, sekolah memberikan arahan melalui kurikulum dan target-target capaian namun pendampingan secara mental dan fisik dari orang tua/ wali sangat menentukan keberhasilan putra-putrinya.
Guru di sekolah memantapkan pemahaman atas materi pembelajaran melalui belajar mandiri , tugas-tugas yang diberikan dan umpan baliknya, hasil ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester bahkan ulangan kenaikan kelas secara PJJ. Guru ekstra kerja keras untuk selalu mengingatkan PJJ terutama kehadiran dan pemenuhan tugas-tugas siswa, komunikasi guru dan orang tua/wali akan menentukan keberhasilan siswa.
Rumus Kesuksesan PJJ
Ada peribahasa bahwa kegagalan itu adalah sukses yang tertunda, tidak ada siswa yang gagal, yang ada hanya sukses yang tertunda. Kesuksesan bisa dirumuskan : PJJ = OT + G + A. Maksudnya kesuksesan pembelajaran jarak jauh ditentukan oleh variabel OT yaitu orang tua/wali, G adalah guru di sekolah dan A, aplikasi yang digunakan sebagai alat komunikasi dan interaksi.
OT, orang tua/wali sebagai penentu dalam pendampingan saat PJJ, mengingatkan jadwal, kehadiran, tugas-tugasnya dari guru, mendampingi putra-putrinya dalam pemahaman materi pelajaran apabila putra-putrinya belum paham secara mandiri. Orang tua/wali sangat penting membentuk karakter dan sikap kemandirian selama PJJ.
G, guru mempunyai peran sebagai pengarah dan fasilitator, menyiapkan materi pelajaran, asesmen untuk capaian pemahaman terhadap materi, strategi PJJ, metode dan model pembelajaran, komunikasi dengan siswa, orang tua dan wali kelas. Optimalisasi target-target kurikulum, selalu mengingatkan siswa untuk selalu aktif hadir dan pemenuhan tugas-tugas siswa dalam PJJ .
A adalah aplikasi yang digunakan sebagai komunikasi segitiga antara siswa, orang tua/wali, dan guru. Penggunaan aplikasi diperoleh secara otodidak atau mandiri, perkembangan teknologi sangat pesat dalam hitungan detik, mau tidak mau, suka tidak suka semua orang harus belajar secara cepat menyesuaikan diri era Industri 4.0.
Interaksi dan komunikasi melalui grup WA, menjadi senjata yang ampuh dalam kesuksesan PJJ ditambah lagi untuk meeting online yakni google meet, zoom meeting, google classroom , LMS-Learning Management System atau webex dll. Kuncinya adalah komunikasi segitiga antara guru-siswa, guru-orang tua/wali, siswa-orang tua.
Dalam rangka mensukseskan PJJ pendampingan orang tua/wali, kontrol sikap serta pembentukan karakter dari rumah sangat penting agar tidak terjadi degradasi moral, pembiasaan bangun pagi, mengingatkan tugas, ulangan (formatif, sumatif) dan kehadiran online. Guru sebagai dinamisator, fasilitator sekaligus pengontrol pendidikan mengantisipasi terjadinya learning loss, mencegah hilangnya pengetahuan dan kemampuan akademik siswa.
Semoga tiada lagi degradasi moral dan learning loss, semua bisa teratasi dengan bersinergi, komunikasi dan kerja keras antara siswa, guru dan orang tua.
Eko Mulyadi
Guru Proyek IPAS-Fisika SMKN 3 Yogyakarta